Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

About



PENGARUH MODALITAS BELAJAR DAN MUSIK SAAT BEKERJA
dari : Tim Power Brain Indonesia

Teman saya yang salah seorang kepala bagian suatu departemen BUMN pernah menanyakan kepada saya , bahwa ia bingung dengan berbagai tulisan yang dibacanya , bahwa musik dapat meningkatkan kinerja dan konsentrasi dari pada staffnya pada saat mereka bekerja ; tapi kenyataannya ( begitu ia bilang ) , bahwa hal tersebut ternyata tidak berlaku dibagian yang ia pimpin ; bahkan pada beberapa orang , tidak saja tidak ada peningkatan , malah tingkat kesalahan yang mereka buat akibat dipasangnya musik tersebut semakin menjadi jadi , dan apabila dipasang musik dari televisi, yang terjadi adalah mereka malah melihat acara tersebut .
Dalam menyikapi berbagai wacana mengenai “keampuhan” musik dalam meningkatkan kinerja kita , tentulah harus ditambah dengan logika dan kebudayaan kerja kita sendiri , dan yang paling penting dari semua diatas adalah suatu cara kerja otak kita yang mana dalam hal ini kita sebut modalitas belajar .
Secara singkat modalitas belajar adalah , suatu cara bagaimana otak kita menyerap informasi yang masuk melalui panca indera kita secara optimal . Sudah diketahui secara ilmiah bahwa dalam hal penyerapan informasi tersebut , manusia dibagi menjadi 3 bagian ; manusia visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/dilihatnya ; manusia auditorik , dimana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal ; dan manusia kinestetik , dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain tersebut melakukan hal tadi . Kemudian apa implikasi dari berbagai macam modalitas belajar yang kita miliki , dan ( sialnya ) ternyata hal tersebut tidak sama pada semua orang ;bahwa apabila ada gangguan yang datang dan kebetulan “seirama” dengan modalitas belajar utama yang ada pada diri seseorang , maka yang terjadi adalah salah satu masukan yang masuk melalui pintu yang sama itu harus mengalah ; jadi misalnya saja seseorang yang modalitas belajarnya auditorik ; akan sangat terganggu konsentrasinya bila ada musik yang berbunyi ( apalagi musik dengan ketukan dan jenis irama yang tidak sesuai dengan kondisi kerja ) , seseorang dengan modalitas belajar utama visual , tidak akan memiliki konsentrasi yang baik untuk bekerja apabila ada televisi yang sedang menyala , dan seseorang dengan modalitas belajar utama kinestetik , akan terganggu konsentrasinya apabila banyak orang yang lalu lalang di sekitar tempat ia bekerja .
Setelah kita mengetahui modalitas belajar kita ( dan juga staf kita ) , hal lain yang tidak kalah penting adalah mengetahui musik apa yang cocok untuk diputar pada saat kerja . Banyak pendapat menyamaratakan mengenai jenis musik yang akan diputar yaitu musik klasik …………padahal tidak selalu demikian , tidak semua lagu klasik cocok untuk diputar ditempat kerja , lalu bagaimana memilih jenis musik yang cocok untuk diputar di tempat kerja . Menjawab pertanyaan tersebut , ada beberapa patokan sederhana ( sangat sederhana ) yang harus kita ikuti , yaitu :
1. Perhatikan ketukan dari irama yang akan kita putar , dan sesuaikan dengan kondisi kerja yang ada . Untuk pagi hingga siang , dimana diperlukan kinerja yang mantap dan vitalitas yang tinggi ; putarlah lagu lagu dengan ketukan antara 70 – 80 kali per menit . Putarlah lagu lagu klasik ataupun jazz ringan dengan ketukan diatas , dan yang penting ……jangan putar lagu lagu yang ada syairnya , lebih baik ( dianjurkan) instrumental . Contoh contoh lagu untuk saat ini sangatlah banyak , dan rata rata lagu pop romantik akan bertempo seperti itu .
2. Bila hari telah beranjak siang , dan jam makan siang telah dilewati , turunkan sedikit tempo lagu lagu yang kita putar ; karena siklus tubuh kita saat itu tidak akan menerima suatu paksaan untuk terus bekerja dengan optimal, terkecuali anda sebagai atasan mau untuk bersusah payah melakukan pengawasan melekat terus menerus setiap hari 5 kali seminggu . Ketukan lagu lagu yang diputar untuk waktu waktu tersebut sebaiknya berkisar antara 55 – 65 kali permenit . Putarlah instrumental lagu lagu cinta ataupun klasik yang bertempo lambat , seperti Air ( Bach ) ataupun Canon in D ( Pachebel ) , atau you –nya ( Basil Valdez ) , serta I came to love you ( Booker T Jones )
3. Jangan terlalu lama memberikan waktu untuk point nomor 2 ( cukup sekitar 30 – 60 menit saja ); karena bisa bisa nanti kita tertidur , gantilah dengan irama yang lebih cepat lagi , agar suasana kerja kembali meningkat ; bahkan lebih baik putar musik dengan ketukan yang cukup cepat , bahkan cenderung cepat . Lagu lagu seperti Boys next door-nya Peter Allen , Love game dan lesson in Love ( Level 42 ), 1 2 3 ( Miami Sound Machine ) , cukup baik untuk diputar pada saat ini .
4. Sekitar satu jam sebelum jam pulang , dimana beban pekerjaan sudah banyak yang terselesaikan , sangat baik untuk menurunkan tempo lagu lagu yang kita putar ; kembalilah ke pola pola musik seperti nomor 1 ataupun 2 , hal tersebut akan memberikan suatu nuansa tenang pada diri kita . Tetapi tetap saja untuk nomor 3 dan 4 ; lagu lagu instrumental dengan tempo seperti yang tercantum lebih diutamakan .
Setelah mengetahui pola modalitas belajar dan jenis jenis lagu yang diprioritaskan, mari kita satukan keduanya ; sebagai seorang pimpinan maka anda perlu untuk mengetahui masing masing modalitas belajar dari karyawan anda ; atau apabila anda seorang staf, anda harus mengetahui modalitas seperti apa yang anda miliki .
Hal tersebut dapat diketahui dari beberapa tes yang dilakukan ; kemudian buat daftar lagu lagu untuk masing masing waktu seperti tercakup diatas ; hal tersebut tidaklah sulit, sudah banyak kaset ataupun CD yang memang menyediakan keperluan untuk itu . Kemudian apabila anda telah mengetahui modalitas karyawan anda , dan ternyata sebagian besar dari mereka bertipe :
- visual : silahkan putar musik instrumental, baik klasik ataupun apa saja
seperti yang telah kami paparkan diatas ; tapi …………….please
tolong jangan nyalakan televisi ; terkecuali bagi para broker
saham ataupun pengamat pasar modal .
- auditorik : sebaiknya justru tidak ada musik , ataupun apabila mau
diperdengarkan putar dengan volume yang sangat kecil.
- kinestetik : well , mereka hanya orang orang yang membutuhkan sesedikit
mungkin orang yang melakukan aktivitas disekitar mereka ;
apapun yang anda putar ( baik itu musik ataupun televisi ) , hanya
sedikit berpengaruh terhadap kinerja dan konsentrasi mereka .
Namun seringkali terjadi hal hal yang bersifat “kelabu”, seperti jumlah yang memiliki modalitas visual , auditorik, ataupun kinestetik hamper sama jumlahnya ; sehingga apabila kita mendahulukan kepentingan yang memiliki modalitas visual , maka yang bersifat auditorik dan kinestetik akan sedikit “terkorbankan “ ; untuk menyikapi hal tersebut , bukankah kita bisa menggunakan meja dengan mini speaker yang sudah tertanam ditiap tiap meja , sehingga tinggal masing masing dari karyawan anda saja yang menyesuaikan kebutuhan akan mendengarkan musik selagi kerja dengan berpatokan pada masing masing modalitas yang mereka miliki ; atau apabila perusahaan dimana anda bekerja belum memiliki anggaran untuk mengganti meja meja tersebut , mari kita ambil jalan tengah …………….putarlah musik yang sesuai dengan waktu kerja dengan volume yang tidak terlalu besar ( cenderung kecil ) , hal tersebut jauh lebih baik dan nikmat dibanding bila tidak ada musik sama sekali ; apalagi kalau anda sebagai pemimpin suatu bagian diperusahaan anda , mau sedikit bersusah payah untuk menanyakan kemasing masing karyawan anda ( maksimal 5 lagu ) lagu lagu apa saja yang mereka suka, dan setelah terkumpul , lalu anda kelompokan lagu lagu tersebut untuk diputar sesuai dengan waktu yang telah kami paparkan diatas , hal tersebut akan menolong semua modalitas belajar yang ada , bahkan untuk yang memiliki modalitas auditorik sekalipun .
Well, sewaktu saya utarakan semua hal tersebut ke teman saya , dia hanya mengangguk angguk dan mencoba untuk sedikit demi sedikit merubah susunan lagu dan berjanji untuk mengetahui modalitas belajar semua karyawannya , bagaimana dengan anda ? , bukankah yang saya paparkan diatas tidak begitu rumit dan menyita waktu ?, cobalah dari sekarang , setidaknya dimulai dengan menyusun lagu lagu yang akan diputar di tiap momen yang berbeda .

Sources MEDIKAHOLISTIK

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Faktor Penunjang dan Penghambat Membaca



Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang dimiliki oleh manusia, dengan membaca mampu membuka pintu dunia tidak lagi jendela dunia, membaca memiliki peranan yang sangat penting, karena membaca merupakan salah satu ciri manusia yang maju, semakin banyak manusia membaca maka semakin maju pula pola pikirnya. Namun sering kali kita hanya di ajari bagaimana membaca dengan baik, dengan cepat dan sebagainya namun kita sangat jarang dan bahkan tidak pernah di ajari bagaimana keampuhan membaca.
Dalam proses membaca terjadi proses internalisasi pikiran-pikiran orang lain menuju dan mempengaruhi pola pikir kita, maka dengan demikian membaca memiliki dampak sesuatu bagi diri kita. Baik secara psikologis maupun secara pemikirnya dan proses internalissi bacaan tersebut di pengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut terbagi dua, yaitu faktor penghambat membaca dan faktor pendukung membaca. Faktor penghambat ialah segala sesuatu yang menjadikan proses internalisi bacaan menuju pikiran kita terjadi hambatan. Sedangkan faktor pendukung adalah faktor-faktor yang menajdikan proses internalisasi bacaan terjadi secara lancar. Tentunya faktor penghambat dan pendukung tersebut sangat di pengaruhi oleh kemampuan membaca seorang anak, semakin bagus kemampuan membaca anak, maka dapat dikatan ia mempunyai faktor pendukung lebih banyak, sedangkan anak yang memiliki kemampuan membaca kurang maka jelas anak memiliki faktor penghambat lebih dominan di dalam dirinya.
Faktor pendukung dan penghambat membaca sebenanrnya hanya berasal dari dua lingkungan, yaitu intern pembaca dan ekstern pembaca.

1.Faktor Intern
Segala sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang menghambat dan mendukung proses ketrampilan membaca, baik secara biologis maupun psikologis. Misalnya adalah Disleksia.
Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- (”kesulitan untuk”) dan λέξις lexis (”huruf” atau “leksikal”).
Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.
Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.
TIPE DISLEKSIA
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca).
Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, Lee Kuan Yew dan Vanessa Amorosi. Tahukah Anda bahwa para pesohor seperti Albert Einstein, Sir Winston Churchill, Tom Cruise, Walt Disney, dan Lee Kuan Yeuw adalah penyandang disleksia? Mereka orang-orang yang mengalami kesulitan mengolah kata. Namun, dalam prosesnya, toh mereka bisa menjadi “besar” karena tak menyerah pada keadaan.
Mungkin belum banyak yang mengetahui lebih dalam mengenai disleksia. Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata.
Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, Sp A, menjelaskan, disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Terdapat dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia.
Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Tidak hanya mengalami kesulitan membaca, mereka juga mengalami hambatan mengeja, menulis, dan beberapa aspek bahasa yang lain. Meski demikian, anak-anak penyandang disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata. Dengan penanganan khusus, hambatan yang mereka alami bisa diminimalkan.
“Disleksia itu menurut penelitian sekitar 70 persen merupakan keturunan. Namun, sisanya 30 persen, berarti ada faktor lain di luar genetis yang hingga saat ini belum diketahui apa itu penyebabnya. Selain karena keturunan, acquired dyslexia itu awalnya individu normal, tetapi menjelang dewasa mengalami cedera otak sebelah kiri dan bisa menyebabkannya menjadi disleksia,” kata Kristiantini dalam Seminar Nasional Disleksia, Sabtu (31/7/2010) di Jakarta.
Sejumlah ahli juga mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemrosesan input atau informasi yang berbeda (dari anak normal) yang sering kali ditandai dengan kesulitan dalam membaca yang dapat memengaruhi area kognisi, seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi, dan pengendalian gerak. Dapat juga terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang disleksia di antaranya konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi). “Penyandang disleksia juga mengalami masalah dalam pengorganisasian. Mereka cenderung tidak teratur. Misalnya, memakai sepatu tetapi lupa memakai kaus kaki. Masalah lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau huruf,” papar Kristiantini yang juga seorang dokter anak.
MASALAH DISLEKSIA
Secara lebih detail, seperti dikutip dari www.dyslexia-indonesia.org, penyandang disleksia biasanya mengalami masalah-masalah, seperti :
1.    Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
2.    Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
3.    Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
4.    Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
5.    Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag).
KIAA0319
Disleksia ada hubungannya dengan gen atau plasma pembawa sifat tertentu. Namun, gen tersebut hanya memengaruhi kemampuan membaca, tetapi tidak memengaruhi intelegensia.Disleksia merupakan gangguan yang memengaruhi pengembangan keterampilan literasi dan bahasa, yaitu seperti membaca dan mengeja.
Para peneliti dari Welcome Trust Center for Human Genetics di University of Oxford tengah meneliti gen yang disebut KIAA0319.
KIAA0319 is a protein which in humans is encoded by the KIAA0319 gene. Variants of the KIAA0319 gene have been associated with developmental dyslexia. Reading disability, or dyslexia, is a major social, educational, and mental health problem. In spite of average intelligence and adequate educational opportunities, 5 to 10% of school children have substantial reading deficits. Twin and family studies have shown a substantial genetic component to the disorder, with heritable variation estimated at 50 to 70%.
Function: Over-expression of C-terminally myc-tagged KIAA0319 protein in transiently transfected 293T cells, showing plasma membrane localization. Detection with monoclonal anti-myc 9E10. The KIAA0319 protein is expressed on the cell membrane and may be involved in neuronal migration. Furthermore KIAA0319 follows a clathrin-mediated endocytic pathway.
Para peneliti itu sebelumnya telah mengidentifikasi sebuah haplotipe atau karakteristik genetik yang menandai suatu populasi (sekuen DNA-deoxyribose nucleic acid bagian ter- tentu dari gen tersebut). Gen itu rupanya terlibat dalam perkembangan area otak yang bertanggung jawab untuk proses berpikir. Mereka meneliti 6.000 anak dari keluarga-keluarga di Inggris usia sembilan tahun.
Penelitian itu dikenal juga Avon Longitudinal Study of Parents and Children (ALSPAC). Studi yang mirip pernah dilakukan secara independen oleh para peneliti di Cardiff University terhadap anak kembar. ”Umumnya, orang yang membawa variasi genetik tersebut cenderung kurang baik dalam tes kemampuan membaca,” ujar Silvia Paracchini dari Welcome Trust Center for Human Genetics di University of Oxford, pemimpin studi itu.
Sekitar 15 persen dari responden yang membawa versi mutasi gen itu cenderung mempunyai masalah membaca, termasuk mereka yang tidak masuk kategori disleksia. ”Bahkan, ketika mereka tidak dinyatakan memiliki gangguan disleksia masih punya masalah membaca,” ujar Silvia.
Haplotipe yang sama mampu mengurangi aktivitas gen KIAA0319 selama masa perkembangan fetus (janin) yang memengaruhi pengembangan cerebral cortex, area yang berperan dalam proses berpikir. Bagian otak tersebut merupakan pusat-pusat sensor. Percobaan terhadap binatang menunjukkan, dengan mengurangi aktivitas KIAA0319 akan memengaruhi migrasi neuron. Proses tersebut memungkinkan sel syaraf yang menciptakan lapisan bagian dalam area cerebral cortex untuk bermigrasi keluar, ke tujuan akhir mereka.
Penemuan lain yang menarik, gen tersebut terkait dengan lambatnya pertumbuhan di daerah tertentu otak. Riset itu jadi sangat dibutuhkan untuk identifikasi awal disleksia dan usulan intervensi dini saat otak masih berkembang sehingga nantinya ada hasil positif terkait keterampilan membaca dan lainnya.
Hasil penelitian itu hanya menemukan sebagian jawaban teka teki mengapa sejumlah orang memiliki kemampuan membaca rendah. ”Ada faktor-faktor lain yang berkontribusi,” ujar Silvia. Wakil Presiden British Dyslexia Association Prof Margaret Snowling mengatakan, gen lainnya dan faktor lingkungan juga memainkan peran penting dalam menentukan kemampuan membaca. Dia menekankan, sejumlah individu terbukti berhasil mengompensasi gangguan tersebut dan sukses berkarier, sekalipun mereka membawa variasi gen tersebut.
2.Faktor Ekstern
Segala sesuatu yang berasal dari luar diri anak yang menghambat dan mendukung proses ketrampilan membaca anak, lebih mengacu dimana lingkungan ia hidup.
Dukungan ke dua faktor tersebut memiliki korelasiyang sangat erat , karena keduanya mampu mendukung proses ketrampilan membaca anak atau bahkan menghambat proses ketrampilan membaca anak, maka perlu kita memperhatikan ke dua faktor ini untuk kita telaah dan kita berikan solusi dari ke dua faktor tersebut yang mampu menghasilkan proses pendidikan ketrampilan membaca lebih baik. Dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat membaca baik intern maupun ekstern, menjadikan proses pendidikan ketrampilan membaca dapat berjalan lebih baik.
Beberapa faktor penunjang dan penghambat membaca.

A. Intern
1.Kompetensi Bahasa
Kompetensi bahsa merupakan faktor awal yang menentukan kemapuan membaca seorang anak, kompetensi bahas ameruapan kemmpuan standar yang dimiliki bahasa dan anak harus menguasainya, saat anak tidaka memeiliki kompetensi bahasa maka akan sulit untuk mengembangkan proses ketrampilan membaca dari dirinya.
2.Minat
Minat anak dalam membaca merupakan faktor intern ( dalam diri anak ) yang mampu mendasari anak untuk membaca, dengan sedikit minat dalam membaca jelas nantinya kemampuan anak dalam membaca akan kurang, sedangkan anak yang memiliki minat yang banyak untuk embaca amak nantinya kemapuna membaca anak akan jauh lebih baik dari pada yang kurang memiliki minat dalam membaca, namun minat ini mampu dikembangkan dengan memberikan bacaan-bacaan yang menarik bagi anak.
3.Kemampuan Menetralkan titik kelelahan
Membaca merupakan proses pengguanaan indra mata, yang nantinya akan di proses oleh otak kita. Dengan demikian kemampuan indra yang terbatas seringkali menjadikan hambatan tersendiri. Dan kemampuan untuk enetralkan kelelahan teraut merupakan faktor dalam diri manusia/anak itu dan hanya ia yang mampu mengatasi permasalahan tersebut
Contoh kasus saat kita membaca mata kita akan terasa berat, ada dua hal yang akan terjadi , apakah anak anak lekas berhenti membaca atauka akan akan mencoba mencari cara untuk menetralkan titik kelelahan tersebut.dengan demikian kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman anak dalam membaca.
4.Latar belakang kemapuan yang memadai
Kemampuan dalam membaca merupakan tingkatan tersendiri, jika anak sudah memiliki latar belakang kemampuan membaca dengan baik, tentunya dengan sehat alat ucapnya, sehat alat pendengarannya, menjaadikan kemampuan membaca anak menjadi salah satu faktor penunjang kemampuan membaca anak, semakin ia memiliki latar belakang yang baik dalam membaca maka pada tingkatan membaca selanjutnya akan terjadi kemudahan.
5.Konsentrasi
Membaca merupakan perbaduan indara dan otak, mata melihat bentuk huruf dan kadang mulut menyebutnya susunan lambang huruf tersubut, dan otak mencerna dari apa yang dilihat dan di ucapkan, dengan demikian sangat dimungkinakan terjadi kehilangan konsentrasi dalam proses membaca. Konsentrasi ini sangat di pengaruhi oleh internal anak itu sendiri dan juga di luar anak itu sendiri.

Contoh Karena membaca maka terjadi kelelahan me mbaca baik merasa ngantuk atau yang lainnya maka ia trlah kehinlangan daya konsentrasinya dalam membaca. Dengan demikian Konsentrasi atau kerja otak sangat di perlukan dalam proses ketrampilan membaca. Semakin tinggi daya konsentrasi anak maka informasi yang di dapat akan lebih banyak, serta anak lebih mampu memahami isi dari apa yang ia baca.Namun sebaliknya jika tingkat konsentrasi anak berkurang maka ini akan menjadi hambatan dalam proses ketrampilan membaca.
6.Motivasi
Motivasi merupakan segala sesuatu yang mampu menggerakan anak atau orang untuk berbuat lebih baik, motivasi terjadi dari dua arah baik dalam diri anak itu ataupun dari luar anak itu, dari dalam di ri anak itu biasanya mengacu dengan mengapa ia membaca ? Untuk apa ia membaca? Dan apa tujuan ia membaca ? Dengan kalimat pernyataan itu mampu menambah kan semangat anak untuk rajin membaca.
Faktor intern adalah pola pikir yang ia kembangkan masalah motivasi, sedang kan faktor dari luar adalah lingkungan yang memberikan semangat untuk membaca. Maka semakin tingggi motivasi anak dalam membaca berpengaruh pada ketrapilan membacanya, begitu pula sebaliknya.
7.Keuletan dan perasaan cinta terhadap bacaan
Keuletan merupakan faktor yang muncul setelah terjadi nya bangungan motivasi didalam diri si anak, saat anak ulet dan rajin atau bahkan sampai kepada taraf cinta membaca, maka sangat jelas berpengaruh kepada kemampuan membaca anak. Semakin malas anak untuk membaca ,maka ia akan semakin tertinggal, semakin ulet anak membaca maka ia kan segera maju atau menjadi yang terdepan.

B. Ekstern

1.Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi
Salah satu tujuan membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi dari sumber bacaan. Bacaan mengandung berbagai macam informasi, baik yang kita butuhkan maupun yang tidak kita butuhkan, namun karena obsesi kita yang terlalu besar untuk memperoleh informasi yang berada dalam bacaan kita, kita sering terlalu banyak memperhatikan butir-butir informasi yang kita temukan, pada hal hal demikian akan menyebabkan kelelahan otak serta kebingungan dalam pengambilan informasi. Hal ini merupakan factor penghambat dari proses ketrampilan membaca. Salah satu hal y ang penting adalah membaca dan menemukan info yang kita anggap penting saja tanpa terlalu memperhatikan informasi-informasi lain yang tidak mendukung dari tujuan kita.

2.Kebiasaan membaca terlalu cepat
Membaca cepat merupakan salah satu ketrampilan dalam membaca, dengan membaca cepat akan merangsang kita untuk berpikir lebih cepat, dengan berpikir lebih cepat maka mita akan dapat berlaku cepat dalam menelaah sebuah bacaan. Namun kadang membaca dilakukan terlalu cepat karena keinginan untuk cepat menyelesaikan bacaan kita. Memmbaca cepat dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan membaca.
Seringkali terlalu nya cepat kita dalam membaca mengakibatkan kita sulit untuk menemukan gagasan-gagasan pokok yang ada dalam sumber bacaan. Maka membaca cepat beda dengan membaca terlalu cepat, membaca cepat untuk meningkatkan ketrampilan membaca namun membaca terlalu cepat akan menghasilkan kebingungan untuk mencari ide pokok atau gagasan yang ada di dalam bacaan.

3.Pandangan yang kuat terhadap satu topic
Topik merupakan salah satu hal yang akan kita temukan saaat kita melakukan proses membaca, namun kadang kala kita terlampau focus atau hanya memikirkan dalam topic tersebut saja padahal dalam sebuah bacaan pasti terdapat berbagai macam topic, saat kita hanya terfokus pada satu topic saja maka pandangan kita tidak akan berkembang, padahal tujaun dari membaca adalah mencari informasi, informasi erat hubungannya dengan hal hal yang ingin ita ketahui, walaupun dalam proses internalisasinya ada beberapa aspek yang tidak kita butuhkan namun masuk menuju pikiran kita.
Maka pandangan yang terlalu kuat terhadap satu topic mampu melemahkan khasanah bacaan kita. Namun diliha dari segi positif dengan kita focus dengan sebuah topic maka kita akan memiliki keahlian dalam bidang/topic tersebut secara mendalam.

4.Keruwetan sintaksis
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk kalimat dan berbagai perubahannya. Memmbaca erat hubungannya dengan sintaksis ( bentuk kata/kalimat ) dengan bentuk kata yang mudah dipahami maka jelas proses membaca yang kita lakukan akan berlangsung dengan lancar, namun jika sintaksis dalam bacan tersebut sulit untuk di pahamai maka akan menguras otak dan waktu kita untuk memikirakan apa ari dari kata atau kalimat tersebut, dan efek dari ruwetnya sintaksis dalam bacaan kita merupakan faktor penghambat ketrampilan membaca kita.
Contoh
Ayah menggunkan sepeda baru
Baru digunakan ayah punya sepeda
Kalimat pertama kita mudah untuk memahaminya, namun pada kalimat ke dua jiika yang membaca adalah anak yang baru belajar maka ia akan kesulitan dalam memaknai kalimat tersebut.

5.Kebiasaan membaca mundur dan bersuara
Membaca mundur merupakan cara membaca kata atau bacaan dengan menggabungkan kata di depannya menjadi gabungan kata di depanya , contoh , Jika Kamu makan mungkin jika pada anak yang baru belajar membaca akan keluar sebuah kalimat jikaka muma kan
maka kebiasaan membaca mundur karena terbata-bata saat kita masih kecil harus di kurangi dengan cara memberikan jeda jeda pada setiap kata, karena kebiasaan ini akan mengakibatkan kurang pekaan anak untuk mengartikan sebuah ata atau kalimat. Sedangkan membaca bersuara sering kali menjadikan konsentrasi kita buya, karena dengan membaca bersuara terjadi kerja ganda alat indra, mata untuk melihat dan mulut untun bersuara dan jelas saat terjadi kerja ganda pada alat indra otak pun akan bekerja ganda unutk membagi rangsangan mata dan mulut, dan konsentrasi untuk membaca akan berkurang. Dengan membaca bersuara juga sering kali mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam menentukan ide atau gagasan pokok dalam suatu bacaan.

6.Kosa kata yang kurang memadai
Kemampuan membaca kita sangat di pengaruhi oleh banyak sedikitnya kosakata yang kita kuasai, semakin sedikit kosa kata yang kita kuasai jelas itu akan menghamba tproses ketrampilan membaca, karena saat kita menemukan kosa kata yang tidak kita ketahui maka kita akan berkerut dahi memikirkan apakah arti dari bacaan tersebut. Maka dengan demikian kosa kata yang kita miliki harus terus bertambah. Salah satu caranya adlah dengan rajin membaca.

7.Kondisi lingkungan yang kurang mendukung
lingkungan sebagai area atau tempat kita membaca merupkan faktor yang sangat penting dalam proses mengembangkan ketrampilan membaca kita, lingkungan yang paling dini adalah lingkungan keluarga, karena di dalam keluarga ini kita di ajari untuk pertama kalinya membaca, jika lingkungan keluarganya adalah lingkungan yang rajin membaca maka anak kemungkinan besar akan rajin membaca pula, namun sebaliknya jika lingkungan keluarga adalah lingkungan malas membaca maka anak akan ikut malas membaca pula. Lingkungan masyarakt juga ikut mendunkung, dengan adanya sarana dan prasarana untuk membaca menjadika proses ketrampilan membaca anak menjadi semakin baik, entah dengan adanya perpustakaan atau yang lainnya. Dukungan lingkungan yang tenang dan manusia yang rajin membaca akan memunculkan motivasi bagi anak untuk selalu membaca.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS